Cerdik Mengonsumsi Obat Herbal

Tratto da EduEDA
Jump to: navigation, search

Disekitar kita banyak iklan obat herbal berseliweran. Untuk kecut urat, pelangsing, penurun kolesterol sampai guna tumor dan tumor ganas. Semua diberi embel-embel tanpa efek pinggir. Benarkah aman buat dikonsumsi?

Suami hamba dua tahun belakangan ini rutin memakai habbatussauda, anak-anak saja saya beri sari kurma sebagai food suplement. Kalau sanak saudara batuk, saya pun memilih obat batuk herbal. Namun sebagian orang banyak juga secara meragukan khasiat obat herbal. Pengalaman seorang teman, justru dia merasa tambah pedih setelah minum obat herbal. Si penjual biasanya mengatakan (mengutip produsen herbal) kalau itu adalah kesan detoksifikasi (pengeluaran racun tubuh). Memang senyampang jadi beti (beda tipis) antara imbalan samping dengan efek detoks.

Oleh karena itu sebelum mengonsumsi Obat Herbal, penting untuk mengetahui pembagian obat herbal. Dari sisi Badan Peneliti Obat dan Makanan (BPOM) obat herbal dikelompokkan menjadi 3 jenis.

1. Jamu, obat tradisional dari tumbuhan obat yang sempurna. Misal jamu melukut kencur, kunyit asem dan lain-lain. Resep dari nenek moyang ini sudah dipakai sepi temurun. Pembuktian khasiat dan keamanannya bertolak pada pengetahuan tradisional & pengalaman, belum terdapat penelitian ilmiah.

dua. Obat Herbal Terstandar (OHT), yaitu simpanan obat bahan bumi yang telah dibuktikan kesentosaan dan khasiatnya dengan ilmiah melalui pertimbangan pre klinik (uji pada hewan). Jadi khasiatnya, dosisnya meski, toksisitasnya dan jejak sampingnya sudah sungguh ada.

3. Fitofarmaka, yaitu sediaan obat bakal alam yang sungguh melewati uji preklinis pada hewan serta uji klinis dalam manusia. Khasiat dan keamanannya sudah dibuktikan secara ilmiah.

Dengan demikian apakah fitofarmaka menjadi yang paling aman? Eiits nanti dulu, kalau yang paling aman ini ya herbal secara asli yaitu sayuran dan buah-buahan. Memalingkan fresh karena bukan terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia, lebih wajar dan banyak mengandung bahan yang diperlukan tubuh. Kita bisa mengonsumsinya langsung atau dibuat jus, sebaiknya untuk jus risiko tidak usah diberi tambahan gula. Tentu saja tetap dikonsumsi di dalam jumlah proporsional, sebab bila berlebihan pula memiliki efek samping. Misal cabe karawitan banyak mengandung vitamin C, namun bila terlalu banyak tentu saja bisa mules-mules.