Alas perut Bubur di Pesanggrahan Borobudur

Tratto da EduEDA
Jump to: navigation, search

Pagi ini sesungguhnya saya malas bangun karena dinginya kamar tidur ber AC terasa menusuk urat, ingin rasanya langsung bersembunyi di balik kemul tebal itu bila tidak ingat belum “lapor” pada Yang mahakuasa Yang Maha Kompetensi. Di hotel berikut yang begitu luas, dimana mana terasa susut, semua ruangan termasuk koridor-koridor yang tersedia dingin banget. Hhmm …. jadi teringat pelajaran yang kemudian Go Green…… dengan mengharuskan kita seluruh untuk hemat semangat, memelihara dan penggemar bumi. Di Lokasi ini semuanya mengenai ajaran itu bukan berlaku…., bisnis merupakan bisnis, bisnis harus tetap jalan, sama karenanya AC mesti tetap hidup, untung harus diambil sama banyaknya mungkin dengan caara memfasilitisai kenyamanan pelangaan. Uang memang sungguh segala galanya akan tetapi semuanya ternyata butuh uang, jadi akur harus di buru …hehehe… demikian barangkali sekelumit prinsip kapitalis.

Setelah selesai lumayan merapikan diri pada kamar mandi yang hangat, tibalah saatnya makan pagi di lantai 2 & menuju restoran secara membawa selembar bon atau tiket dengan akan diminta karet pegawai hotel di depan restoran. Wow.. banyak sekali orang yang padahal menikmati hidangan alas pagi di hotel borobudur jakarta pusat. Mejapun berderet lajur rapi. Menu santapan sangat beragam, terdapat aneka sereal, roti-roti- an ala masakan orang barat, mencapai berbatas nasi goreng, bakmi goreng, omelet, nasi pecel sampai bubur ayam. Sedangkan minuman juga sangat beraneka ragam seperti kopi, teh, juice mangga, juice jambu, juice warna orange, sirsat dll. Pokoknya komplit-plit dari pucuk dunia Barat cukup dunia Timur. Alat pencernaan terasa lapaaar…tapi entah mengapa terasa sedikit berselera. Ini benar2 kebiasaanku kurang tenteram menu sajian pada hotel, …hhmm…akhirnya beta menjatuhkan pilihan, …Bubur Ayam ala Borobudur…

Ini sebetulnya pun sejaligus sebagai menu favoritku jika kudu menginap di kurang lebih hotel. Bubur ayam dengan bumbu patut komplit, kemudian diramu dengan bawang goreng, sedikit daging mandung, empling mlinjo, terbuka, bawang daun dll yang semuanya aneka macam sedikit, soalnya mangkok lumayan kecil maka tidak akan muat dan pas campurannya, lalu sedikit diberi kuah rasa soto. Awak kurang paham tetapi sepertinya itu sudah biasa lumayan benar, hehehe, oo iya sebelah lupa, ada serpihan daging seperti abon yang disajikan disitu, pelengkap yang mono ini jangan diambil banyak, soalnya asiinnya minta ampun menjadi sedikit saja, soalnya saya pernah ambil, tadinya kukira daing sapi hehehe, selanjutnya saya juga naikkan minum juice rupawan yang lumayan puas.

Beberapa teman meledekku, “sarapan di pondok kok cuma ambil bubur, kayak manusia sakit” katanya, …hhmm.. memang bubur hanya untuk orang pedih?

Tapi ya mau gimana lagi, berikut perut seleranya penganan kaki lima. Bubur kulahap habis berikut minumnya, boleh tambah lalu, sekaligus ambil teguk juice jambu lagi dan aneka buah-buahan seperti semangka, melon dan pepaya.